Sebuah Penantian

 

Putri Harapan (putriharapan79) on Pinterest



Sebuah Penantian

 “Mas.....” panggilku dengan suara keras.

Malam itu aku meringis kesakitan karena perutku yang sudah membesar untuk melahirkan buah hati kami. Kupanggil suamiku yang sedang duduk di ruang keluarga sambil minum kopi.

“ Iya dek ada apa ?” tanya Mas Arif

“Perutku sakit mas, seluruh tubuhku pun rasanya sakit sekali , ayo kita pergi ke klinik bidan Mariana diujung komplek”

“Ayo dek, sini mas bantu” Mas Arif langsung memapah dan membawa ke bidan Mariana.

Sesampainya di klinik pandanganku gelap , tas ditanganku jatuh, badanku yang berat langsung terjatuh dari pegangan Mas Arif. Dia panik dan berteriak minta tolong agar istrinya langsung diperiksa.

“Ya Allah dek , kenapa kamu sampai pingsan begini. Suster tolong panggilkan bidan nya untuk segera diperiksa kandungannya” Tutur Mas Arif dengan panik kepada suster yang di depan meja informasi.

Bidan Mariana pun datang dan memeriksa keadaanku. Perutku diperiksa dengan tangannya, namun wajah bidan Mariana berubah sedikit panik, seperti ada yang terjadi dengan kandunganku. Dia mencoba periksa kembali detak jantungku dengan stetoskopnya, wajahnya pun semakin tidak menunjukkan bahwasanya keadaanku baik-baik saja.

“Pak, apakah akhir-akhir ini Ibu Melati bekerja sangat keras dirumah ? atau apakah istri bapak saat ini stress dengan keadaannya atau merasa tertekan dengan suatu hal ?” Tanya bidan untuk memastikan keadaan yang sebenarnya.

“Istri saya ini juga seorang karyawan dok, dia juga ibu rumah tangga di keluarga kami, dan sepertinya setelah saya lihat dia sering duduk di depan komputer dan bekerja hingga malam, tapi kalau tertekan dengan suatu keadaan pun saya juga tidak begitu paham. Apakah itu mempengaruhi kandungannya dokter ?” Jawab Mas Arif.

“Sebentar saya coba pastikan kembali dengna USG, suster tolong ambilkan alatnya, kita periksa keadaan Ibu Melati” Pinta bidan Mariana.

Suster kemudian datang dengan membawa alat USG dan bidan Mariana kemudian memeriksa keadaan Ibu Melati, wajahnya semakin serius.

“Sepertinya kita harus lakukan operasi agar bisa kita selamatkan dulu bayinya untuk keluar dari kandungan Ibu Melati, karena detak jantung anaknya melemah”

“Dok tolong selamatkan bayi dan ibunya karena kami sudah menunggu 5 tahun selama ini” pinta Mas Arif dengan meringis.

Tatapan Bidan Mariana sangat putus asa.

5 Tahun yang lalu

Aku masih tinggal bersama mertuaku yang cukup cerewet dengan kehadiranku sejak aku menikah dengan Mas Arif. Ketika aku dirumah aku selalu ditegur dengan Ibu mertuaku karena aku sangat lambat soal pekerjaan rumah. Setiap aku pulang sore dari kantor dengan wajah sinis terkadang menyinggungku kalau perempuan itu lebih baik dirumah saja tidak berkeliaran diluar.

Setiap sindiran dari Ibu mertuaku tidak pernah kusampaikan ke Mas Arif karena aku sangat takut menyinggung perasaanya. Kami berdua juga harus bekerja keras banting tulang untuk kebutuhan kami karena kami berencana untuk berpisaha\ dari orang tua Mas Arif dan ingin mencoba membangun keluarga sendiri.

“Mbok ...ya Ibu itu dikasi cucu rif, sudah 1 tahun pernikahan kalian kenapa gak kunjung datang cucu ibu. Kalian jangan cuman bisa sibuk berdua dengan urusan kalian sendiri. Kamu loh terutama Melati, lebih baik kamu resign dari pekerjaan mu sekarang. Menurut ibu gaji Arif juga sudah cukup membiayai kamu dan kehidupanmu nanti” Tutur Ibu mertuaku dengan wajah yang kesal.

“Iya bu , ini kami juga sedang berusaha dan berdoa. Kalau memang belum rezekinya dari Allah kan semuanya juga gak mungkin bisa dipaksakan bu” jawab Mas Arif

“Diusahakan lagi lah rif , gimana sih” Ibu mertuaku pergi meninggalkan kami di meja makan.

“Dek , jangan terlalu didengarkan ya apa omongan Ibu” Senyum Mas Arif kepadaku.

Selama aku tinggal disini dengan Mas Arif hanya dia alasanku untuk bertahan. Aku sangat sedih ketika aku selalu disindir soal anak, kami sudah mencoba dan berusaha namun Allah belum memberikan kepercayaan kepadaku untuk menjaga seorang anak, berbagai cara juga sudah kami lakukan tapi hasilnya juga masih nihil.

“Dek ... kamu gak apa-apa? Kenapa mual-mual dan muntah-muntah terus dari tadi ?”

“Iya mas .. bukan cuman hari ini tapi sudah sejak seminggu ini perut ku merasa mual terus setelah makan”

Kami saling tatap curiga dan mengira apakah aku saat ini sedang mengandung seorang anak. Mas Arif menatap ku tersenyum.“Dek ... apakah kamu saat ini sedang hamil ? Kamu sudah coba test pack belum ?” Tanya Mas Arif penasaran.

“Belum mas, tapi kita lebih baik jangan terlalu berharap tinggi mas. Mungkin aku sedang masuk angin karena akhir-akhir ini makan juga telat dan siklus datang bulanku juga tidak teratur”. Jawabku cemas.

“Lebih baik kita kedokter sekarang dan kita periksa keadaanmu saat ini “

Kami berdua pergi ke dokter dan memeriksakan keadaanku. Sesampainya di klinik.

“Selamat ya pak, istri bapak saat ini sedang hamil 2 minggu. Tapi ini fisik istri bapak sangat lemah, tekanan darah nya juga masih rendah, jadi tolong di jaga kandungannya. Jangan terlalu capek dan jangan banyak pikiran”. Tutur dokter kandungan dengan ramah.

Aku dan Mas Arif tersenyum lebar, penantian kami saat ini sudah terwujud, tugasku sekarang menjaga kandunganku dengan baik agar aku bisa menanti kelahiranya. Kabar baik ini kami sampaikan ke ibu mertuaku. Dia sangat senang sekali mendengarnya. Setelah Ibu mertuaku tau kalau aku hamil dia sangat baik sekali dengan ku, dia membuatkan ku sup hangat, merawatku dengan baik dan tidak memberikan ku pekerjaan rumah.

Setelah 3 bulan kehamilanku, perutku sangat sakit sekali. Kakiku dilumuri darah banyak dan aku menangis.

“Apa yang terjadi denganku saat ini” tanyaku dalam hati. Air mata ini terus menangis. Mas Arif langsung menghampiri ku menanyakan keadaanku. Mas Arif langsung membawaku ke rumah sakit agar keadaanku diperiksa lebih lanjut.

Setelah dilakukan pemeriksaan kemudian Mas Arif menanyakan keadaanku dengan dokter. “Dokter bagaimana keadaan istri saya? Bagaimana keadaan kandungannya ? Apakah keduanya baik-baik saja?” Tanya Mas Arif dengan cemas.

“Pak Arif dengan berat hati saya harus mengatakan ini, istri bapak baru saja mengalami keguguran, telah saya sampaikan sebelumnya kalau kandungan Ibu Melati memang lemah sejak awal. Tapi Pak Arif tidak perlu kecewa, saat ini mungkin Tuhan belum memberikan kepercayaan kepada Pak Arif dan Ibu Melati untuk memiliki seorang anak, terus berdoa dan meminta sama Tuhan ya pak, karena saya percaya ketika kita memiliki harapan dan diiringi dengan doa dan usaha semua pasti akan terwujud. Segala bentuk kuasa hanya milik Tuhan” Tutur dokter dengan bijak.

Berita buruk ini pun terdengar sampai telinga Ibu mertuaku. Dia mendengar berita ini sangat marah. Dia selalu menyindirku dan membiarkanku mengerjakan semua pekerjaan rumah setelah aku pulang dari kantor. Sikapnya berubah drastis sejak dia mengetahui hamil.

“Kamu itu loh Melati, ibu kan sudah bilang dari awal lebih baik kamu mengundurkan diri dari pekerjaan kamu. Kenapa kamu keras kepala banget untuk tetap bekerja” Kata Ibu mertuaku dengan kesal.

“Bu, Melati minta maaf sama ibu jika sampai saat ini Melati belum bisa memberikan keturunan dari Mas Arif untuk Ibu, kami berdua juga sedang berdoa dan berusaha lagi setelah apa yang Melati alami saat ini. Tapi untuk keluar dari pekerjaan Melati tidak mau bu, Melati sudah berkomitmen dengan diri Melati sendiri, kalau Melati tetap harus bekerja sampai semua kebutuhan sudah terpenuhi. Selain itu juga Melati ingin membantu Mas Arif bu” Jawabku.

Menjawab pertanyaan Ibu juga membuat tanganku dingin dan jantungku berdetak lebih cepat, aku takut salah menyampaikan maksudku dan membuat ibu tambah marah lagi kepadaku. Setelah mendengar penjelasanku dia langsung meninggalkanku tanpa mengucapkan sepatah kata pun.

2 Tahun kemudian

Setelah tragedi keguguranku, aku dan Mas Arif tetap berikhtiar kembali untuk memiliki anak, kami tidak pernah putus harapan dan kami percaya bahwa Tuhan akan mengabulkan setiap doa-doa kami.

“Mas, besok bagaimana kalau kita pindah ? Adek ada lihat rumah murah tidak jauh dari sini. Siapa tau kita bisa membina keluarga kita sendiri mas. Tabungan Adek mungkin cukup untuk mencicil rumah, nanti kita bisa patungan. Bagaimana ?” Tanyaku dengan suara pelan dengan Mas Arif.

“ Kenapa adek memutuskan ingin pindah ? Adek udah gak betah yah tinggal disini ? Adek merasa risih dengan omelan Ibu ?” Tanya mas Arif .

“ Bukan seperti itu mas, adek senang tinggal dengan Ibu Cuma adek mau kita mandiri saja, adek juga gak nyaman sama Ibu terus-terusan merepotkan beliau. Tapi adek gak memaksa mas Arif kalau misalnya mas memang gak mau. Oh ya mas , tadi adek ke dokter kandungan. Alhamdulillah mas , adek sedang hamil saat ini” kataku dengan tersenyum lebar.

“Serius dek ? Ya Allah terima kasih banyak engkau mengabulkan doa kami”.

Kabar kehamilanku yang kedua kini terdengar ditelinga Ibu, tapi Ibu sudah tidak memperhatikanku seperti sebelumnya. Dia juga tidak bahagia ataupun sedih, ekspresi wajahnya datar.

Aku berhasil menjaga kandunganku sampai umur 5 bulan

“Umur kandungan mu itu Melati , masih rentan juga. Lebih baik kamu harus jaga baik-baik. Ibu gak mau saja kamu gagal untuk kedua kalinya. Capek ibu nunggunya sudah 3 tahun kalian menikah namun tidak ada hasilnya” Kata Ibu mertuaku dengan ketus.

Lagi-lagi kecemasan ibu mertuaku terjadi , dibulan kelima aku hamil perutku lagi-lagi sakit. Walaupun janinnya sudah mulai terbentuk, tapi keadaanku tiba-tiba lemah. Dengan terpaksa dokter harus mengoperasi ku dan bayi yang didalam kandunganku pun meninggal. Untuk kedua kalinya aku kehilangan bayiku. Aku sangat sedih dan  aku kehilangan harapanku memulai kembali untuk memiliki anak.

“Dek, kamu jangan sedih dek. Mas tau bagaiamana perasaanmu. Mungkin saat ini kita sedang diuji oleh Tuhan bahwa kita adalah orang-orang terpilih untuk mengemban tugas ini”.

“Bagaimana adek gak sedih mas, kalau Ibu tau kabar ini dia pasti menyalahkan adek lagi, marah lagi, kesal lagi sama Melati” Jawabku kesal.

Berita buruk ini sudah terdengar sampai ke Ibu mertuaku. Wajah kesal ibu mertuaku sangat terlihat jelas setelah aku pulang dari rumah sakit bersama Mas Arif. Mas Arif mencoba menjelaskan dengan pelan kepada ibunya.

“Iya rif Ibu tau, tapi salah satu bentuk ikhtiar itu juga menjaga kandungannya, bukan terus-terusan bekerja yang membuat dia kelelahan sampai keguguran 2 kali begini. Rif, Ibu kasi tau ya, Ibu marah seperti ini karena Ibu peduli dengan Melati bukan ibu membencinya. Ketika pertama kali Ibu mendengar dia hamil, betapa senangnya hati Ibu tapi ternyata dia tidak menjaga baik kandungannya sampai saat ini”.

Air mataku jatuh setelah mendengar pernyataan dari Ibu, selama ini Ibu selalu marah denganku bukan karena dia membenciku tapi karena dia peduli dan tidak mau aku kelelahan karena pekerjaanku di kantor dan tanggung jawabku sebagai istri.

Masa sekarang

“Pak, tenang ya. Sepertinya Ibu Melati akan berusaha sekuat tenaga untuk menyelamatkan anaknya. Setelah saya melihat dia memiliki tekad yang sangat luar biasa agar dia dan bayinya bisa selamat. Pak, Ibu Melati memiliki keyakinan yang sangat tinggi bahwa dia bisa menyelamatkan anaknya. Bapak tunggu diluar dan berdoa kepada Allah” Tutur Bidan Mariana.

Pintu ruangan melahirkanku pun ditutup, aku meminta Mas Arif untuk tidak menemaniku saat aku lahiran. Setelah berjuang sekitar 2 jam, air mataku menetes karena aku terharu bahwasanya bayi kembar ku telah hadir di dunia. Tangisan mereka membuatku tersenyum lebar, menatap wajahnya yang lucu membuat air mataku tidak berhenti mengalir.

Bidan Mariana menyampaikan kabar baik ini kepada Mas Arif. “Pak, anak kembarnya sudah lahir, selamat ya”

Mas Arif pun langsung masuk dan memeluk kami dengan bahagia. “Mas, buah kesabaran kita setelah kamu keguguran 2 kali , Allah pun kasi lagi 2 anak kembar ya dek. Semoga mereka menjadi anak laki-laki yang kuat dan sholeh ya dek”

“Aamiin.. diazankan dulu ya mas”

Ibu mertuaku hadir dengan membawakanku makanan karena dia tau setelah lahiran pasti lapar. Beliau sangat bahagia setelah mendapatkan cucu yang kembar.

Aku dan Mas Arif sangat sabar dalam menunggu dan terus berharap. Kami meletakkan harapan kami atas doa-doa yang kami panjatkan dipenghujung akhir sholat kami dan yakin suatu saat ini satu persatu doa itu pasti terkabul sesuai dengan porsi waktunya.

Tamat

 

 


 

 

 

Komentar

Postingan Populer