Aila
Namaku Aila.... begitu semua orang memanggilku. Aila berasal dari bahasa Skotlandia ini memiliki arti yaitu tempat yang kuat. Orangtuaku memberikan nama ini karena suatu hari nanti aku akan menjadi perempuan yang kuat. Namaku Aila dan aku membenci kehidupanku. Saat ini 25 tahun dan sudah seperempat abad aku hidup di dunia ini. Kehidupan yang tidak membuatku banyak tersenyum, dunia yang berputar terasa cepat dan hilang.
Aku lahir dan tumbuh besar di lingkungan yang tidak kaya dan tidak pula miskin. Keluargaku termasuk keluarga yang berkecukupan sehingga aku mampu kuliah di luar kota. Aku menimba ilmu yang notabenenya terkenal sebagai kota pelajar di negaraku. Setelah aku mencari berbagai pengalaman dan pelajaran dari kota itu aku memutuskan untuk kembali ke tanah kelahiranku.
Pontianak tanah kelahiranku merupakan ibu kota Kalimantan Barat. Salah satu provinsi di Indonesia yang merupakan bagian dari Pulau terbesar di negara ini. Kota ini memiliki 3 etnis yang sudah sejak dari zaman penjajahan Belanda, yaitu Cina, Melayu dan Dayak. Provinsi ini juga memiliki perbatasan dengan negara jiran dan memiliki sungai terpanjang di Indonesia. Aku lahir dan besar disini, tumbuh dewasa seperti layaknya orang lain. Menjelajahi sungai kapuas dan masuk ke hutan saat aku masih sekolah, mempelajari dan bermain bersama teman-temank dari berbagai suku. Saat itu kehidupanku damai. Ceritaku dimulai setelah aku masuk di semester akhir perkuliahan.
* * *
2016 - Yogyakarta
" Halo...Kak, ini mama" suara rintih mama dari kejauhan sambil meringis.
" Iya , ma .. ada apa ?" tanyaku khawatir.
" Perut mama sakit, telinga nya juga , tangan nya juga , berat badan mama turun 20 kg , rambut mama banyak rontoknya. Nak, gimana keadaan kamu disana ?"
" Sakit apa ma ? sudah dibawa kedokter ? Baik kabarku ma , cuma sedikit sibuk karena sebentar lagi aku harus menyelesaikan skripsiku agar bisa lulus dan pulang tepat waktu"
" Sudah, mama sudah ke 3 dokter , tapi kata dokter mama tidak kenapa-kenapa. Sepertinya mama sakit non medis , dan sudah tidak bekerja selama 2 bulan. Jaga baik-baik dirimu disana jangan makan sembarangan dan selesaikan tugasmu"
Telepon dari pulau seberang itu terputus, rasa khawatir ku semakin bertambah. Pikiranku bak pohon yang sudah memiliki banyak cabang dan aku sangat bingung. Saat ini aku sedang menyelesaikan pengabdianku di suatu desa sehingga laporanku juga berantakan karena terhadap kekhawatiranku dengan mamaku disana. Apakah aku harus pulang? Apakah aku harus melepaskan studiku dan merawat mamaku disana. Saat itu aku benar-benar bingung.
" La.. kenapa ? kok bengong ?" tanya Dita sambil memegang bahuku " Sakit ? "
" Enggak Dit , cuman lagi rindu rumah aja"
" Nanti telpon ibu kamu lagi aja setelah selesai laporan kita"
" Iya Dit .."
Dita ini merupakan sahabat terbaiku ketika kuliah, dia berasal dari Sumatera Selatan. Mudah bagiku berteman baik dengannya karena kita memiliki banyak kesamaan. Dan kami juga satu kelompok di program pengabdian masyarakat atau yang dikenal saat ini program KKN. Program KKN merupakan salah satu program terkahir yang wajib diambil sebagai salah satu syarat menyelesaikan studi di Universitas. KKN ini sebagai bentuk implementasi kita terhadap masyarakat setelah apa yang kita pelajari di bangku perkuliahan.
Aku dan Dita mengabdi di suatu desa yang cukup jauh dari Yogyakrta, sudah hampir 1 bulan kami menyelesaikan program ini dan saat ini kami sedang menyelesaikan Laporan akhir karena besok kami harus upacara pelepasan dengan masyarakat sekitar dan Dosen Pembimbing kami.Upacara pelepasan ini sebagai bentuk terima kasih dari Kampus karena telah menerima mahasiswa bimbingannya unutk belajar dan akan siap mengabdi kepada bangsa dan negara.
Dari program ini banyak belajar soal kehidupan sosial, karena memang jurusanku juga tentang Ilmu Sosial sehingga mudah bagiku untuk mengimplementasikan teori-teori yang telah aku pelajari selama di bangku kuliah. Salah satu program kerja ku adalah Bakti Desa bersama remaja. Program ini, aku mengajak pemuda desa untuk mengadakan program Kesehatan Lansia dan posyandu bagi balita dan sub dari program ini adalah senam lansia dan Mpasi untuk anak-anak. Program ini didukung oleh Kades setempat dan akan direncanakan untuk berkelanjutan.
Keesokan harinya upacara Pelepasan itu pun dimulai. Dosen pembimbing ku, Pak Ihsan mengucapkan terima kasih kepada masyarakat dan pejabat desa setempat karena telah membimbing mahasiswa nya selama program pengabdian ini.
" Terima kasih saya ucapkan kepada Bapak/Ibu di Desa Karang Tengah ini karena telah menerima anak didik saya untuk ikut serta dalam kehidupan sosial yang ada di Desa ini. Semoga program-program yang telah dirancang oleh mahasiswa/i saya ini dapat di implementasikan untuk dikemudian hari" Tutur Pak Ihsan dengan penuh kebanggaan.
Upacara pelepasan itu pun telah selesai dengan membagikan makanan kepada para tamu dan melepas kami pergi. Rombongan kami naik mobil pick-up yang telah kami sewa untuk membawa kami pulang kekota bersama barang-barang kami. Dan program ini pun telah selesai kami lewati bersama dengan hasil yang memuaskan. Aku masih kepikiran mamaku yang sedang sakit disaan. Bagaimana dia ? Bagaimana sakit di perutnya ? Apakah baik-baik saja ? Apakah sudah tau dia sakit apa saat ini ?
* * *
" Kamu itu kok akhir-akhir ini susah banget dihubungi ?" Tanya Alan dengan wajah kesalnya.
Alan ini pacarku, kami sudah berhubungan 1 tahun. Dia teman kampusku dan kenal di suatu organisasi relawan. Aku menyukai Alan karena dia orang yang cerdas dan dia tampan. Aku menyukainya sejak aku masuk di organisasi itu pada tahun 2014, ternyata dia juga memiliki rasa yang sama ditahun yang sama, namun baru berani menyatakan perasaanya setahun kemudian. Kami 1 Univeristas tapi Alan memilih jurusan teknik.
" Iya aku minta maaf" Kataku lirih
" Ada masalah apa ? Gimana ibu kamu ? Dia masih sakit ? Kamu masih khawatir dengannya ?"
" Lan ... apa aku pulang aja ya ? Aku gak usah lanjutin kuliahku dan lebih memilih merawat mama disana?"
" Ya gak begitu pemikirannya, ibu kamu juga gak mau kamu seperti itu. Tinggal 1 langkah lagi kamu selesai, skripsi kamu hanya perlu diteruskan dan diselesaikan. Kamu juga sudah aku izinkan akhir-akhir ini untuk gak ikut rapat dulu di organisasi supaya kamu bisa fokus, tapi kamu malah jadi student employement dengan embel-embel kamu ingin punya uang tambahan. La... ingat , ibu kamu juga mau lihat kamu pakai baju toga dan membawa ijazah"
" Lan ... kata adikku , mama seperti terkena penyakit non medis , tubuhnya sangat kurus sekali dan aku sangat khawatir, aku gak bisa pulang karena uang sakuku nggak cukup buat beli tiket. Aku harus bagaimana Lan ?"
" La.. dengerin aku yaa. Aku yakin ibu kamu baik-baik aja, kamu saat ini cukup berdoa dulu dan selesaikan tugas-tugas kamu disini. Setelah semuanya selesai kamu bisa pulang dan jenguk ibu kamu. La.. aku ada disamping kamu , dibelakang kamu , dan didepan kamu untuk memberikan kamu semangat. Percaya sama aku". Tutur Alan dengan senyumnya yang manis memberikan aku semangat. " Sekarang habisin sotonya , ntar dingin gak dimakan lagi kan mubazir". Aku memandang Alan dengan tersenyum, meyakinkan dia agar aku saat ini sedang dalam keadaan tenang.
Siang ini kami makan di warung Soto favorit kami, warung soto ini ramai sejak aku belum kuliah disini. Kata orang-orang warung soto ini Legenda banget. Nama warung soto ini Soto Pak Sabar, namanya sesuai dengan orangnya, sabar dalam melayani pelanggan-pelanggan yang cerewet.
" La, kamu kenal sama si Sabit ?" Tanya Alan mencoba memecahkan lamuanku sejenak.
" Sabit yang gondrong rambutnya mirip sarang tawon itu ?"
" La.. body shaming deh... haha, tapi emang benar sih" Tawa Alan.
" Gak Lan .. haha . Kenapa emangnya dia ?"
" Kemaren dia nembak si Senja, adik tingkat aku yang cantik itu"
" Terus diterima ?"
" Boro-boro La diterima , kamu tau apa kata si Senja ' Mas, apa yang mau aku suka dari kamu ? wajah aja gak keliatan soalnya rambut semua' haha jahat banget si Senja "
"Haha itu malah body shaming banget Lan , lagian ya Sabit itu harusnya kalau mau nembak cewek tuh rapi dikit kenapa ? Kan kalau rambutnya dirapikan , terus pakai baju yang rapi dan bagus mungkin Senja bisa mempertimbangkan."
" Kamu juga gitu La sama aku , cerewet banget kalau aku udah bau , gak mandi sama rambutnya udh mulai panjang dikit , kuku nya udh mulai panjang , kamu itu perempuan paling cerewet dari deretan mantan-mantan aku La. Tapi aku suka "
" Iya ... kan buat kebaikan kamu juga Lan " tuturku
" Itu yang buat aku jatuh cinta sama kamu La"
" Bisa aja kalau ngegombal , berapa orang cewek diginiin sama kamu ?"
" Banyak ... haha "
Alan tersenyum manis kepadaku, karena merasa aku sudah mulai tidak khawatir dan saat ini memang sedang tidak memikirkan keluargaku.
* * *
" Ma... bagaimana keadaannya disana ?" Sapaku melalui telpon seluler ku.
" Alhamdulillah baik, sudah selesai kuliahnya ? Skripsi nya gimana ?" Tanya mama dengan suara pelan.
" Sudah, tinggal selesaikan skripsi yang tinggal 3 bab lagi. Syukurlah jika mama sudah lebih baik, Aila hanya khawatir dengan keadaan mama sekarang"
" Ada banyak yang ngejagain gak perlu sedih , Insya Allah mama pasti sembuh"
" La ... harus ke kampus dulu mau bimbingan dan ada kerja juga, nanti La telpon lagi "
" Hati-hati, jangan lupa makan dan jaga kesehatan"
" Siap bos !"
Telpon itu terputus. Aku turun kebawah dan ternyata Alan sudah menunggu dibawah ketika aku hendak mengeluarkan motorku dari garasi kos.
" Loh kenapa gak bilang mau kesini ?"
" Kamu yang gak baca pesanku dan aku telpon sibuk terus, telponan sama siapa sih ?"
" Sama mama dirumah , tanyain kabarnya gimana. Alhamdulillah sudah lebih baik"
" Syukurlah ..." Sambil memakaikan helm ke kepalaku " sudah gak khawatir lagi kan ?"
Aku membalas dengan tersenyum " Sudah Lan , makasih yaa udh nguatin aku kemarin. Kamu benar banyak yang jagain mama disana. Lan ... bukannya kamu ada kelas ? Soalnya aku mau bimbingan sama dosen dan ada shift aku yang jaga siang ini di loket kampus. Kamu mau antar aku atau bagaimana ?"
" Kamu sudah bilang di telpon tadi malam , aku antar kamu. Setelah itu baru masuk kelas. Lagian kita searah juga , jam mata kuliah ku jam 9 , aku masih punya 1 jam buat ketemu sama kamu dan sarapan. Kamu juga bimbingan di jam yang sama kan ?"
" Gak ngerepotin kamu kan?"
" Kan aku yang mau , jadi gak pernah merasa di repotin. Naik keatas motor"
Aku naik keatas motor dan kami pun berangkat menuju kampus. Aku dan Alan jarang banget berangkat kampus bersama karena jadwal kuliah kamu lebih sering berbeda. Biasanya Alan masuk pagi aku masuk siang. Kalau aku masuk kelas nya pagi dia masuk nya siang. Kadang dia juga sibuk dengan rapat di organisasi, karena dia ketuanya juga. Hubungan aku sama Alan tidak seperti orang pacaran pada umumnya , yang cewek harus nempel terus sama pacarnya. Aku dan Alan punya mimpi masing-masing dan kami tidak egois tapi kami saling berdampingan.
Alan anak yang cerdas menurutku dan tampan versiku. Dia salah satu aktivis di kampusku juga, presiden mahasiswa tahun terakhir ini. Dia tidak pernah marah denganku , selalu melindungi dan mendukung setiap pilihan ku. Ada beberapa teman ku yang juga menyukai Alan tapi tidak pernah ditanggapi oleh dia dan Alan sangat menghargai perasaanku.
" Lagian La .. aku jarang banget berangkat sama kamu kekampus. Udah 1 tahun ini kita berpacaran mungkin cuma 7 - 10 kali aku anterin kamu kekampus. Kamu kok betah gitu La sama aku?"
" Lan... kenapa aku harus marahin kamu karena kamu gak antar jemput aku dari kampus ke kos. Aku punya motor. Aku punya uang juga kalau kenapa-kenapa dijalan. Aku gak mau merepotkan kamu walaupun aku pacar kamu Lan, yang penting kita udh komitmen satu sama lain buat jaga hati kita masing-masing"
" Makasih ya Aila ..."
Setelah sampai ditujuan, kami memutuskan untuk mampir ke kantin kampus terlebih dahulu untuk sarapan. Kantin kampus merupakan tempat favorit mahasiswa ketika lagi jam kosong atau cuma sekedar duduk sambil ngobrol bersama.Selain itu harga di kantin kampus juga sangat terjangkau untuk para perantau seperti kami ini.
" Hai La ... halo mas Alan " Sapa Dita sambil menekuk wajahnya
" Cemberut banget dit , padahal masih pagi. Ada apa Dita ?"
" Ya gimana gak cemberut dit , dosbing aku gak jadi datang katanya ada seminar di kampus sebelah , kan kesal banget aku. Padahal janjinya jam 7 pagi sedangkan aku udah dikampus jam setengah 7. Ternyata dia membatalkan tanpa persetujuanku. Kesal banget sumpah !"
" Sabat dit .." Tutur Alan sambil tertawa.
" La ... aku diejek sama mas Alan" kata Dita dengan wajah kesal.
"Haha.. Lan jangan gitu ah, Oh ya Dit proposal kita udh hampir selesai, nanti aku kirim email ke kamu ya. Dikoreksi lagi semoga kali ini disetujui ya Dit."
" Oke siap , kalau gitu aku mau pulang ke kos lagi aja mau lanjutin tidur , ngantuk banget gara-gara bab 3 aku tidur jam 2 pagi , eh taunya gak jadi bimbingan..bye La bye Mas Alan" Dita pergi sambil mencomot kerupuk yang ada di piring nasi gorengku.
" Proposal apa La ?"
" Aku dan Dita lagi coba mengajukan penelitian ke instansi Lan , penelitian ini lumayan kalau disteujui. Doain yaa "
" Iya La.. udah mau jam 9, aku kekelas dulu ya . Siangnya aku rapat , nanti malam pulang bareng aku tunggu di Hall Kampus ya , hapenya jangan sampai mati. nanti aku telpon" Kata Alan sambil beranjak pergi dari kantin.
* * *
" Lan .. kamu gak berniat buat menyelesaikan studi kamu , kamu ketinggalan 1 semester dari aku?" Tanyaku kepada Alan.
" Aku pasti akan menyelesaikan studiku La.. kamu tenang aja. Jurusanku itu gak bisa cepat-cepat"
" Sebentar lagi aku wisuda , tugasku dikampus sudah selesai, aku harus pulang Lan untuk merawat mama. Saat ini dia masuk rumah sakit , semakin terpuruk". Aku menatap Alan dengan lama kemudian menunduk kebawah. " Aku besok harus pulang , Lan. Nanti aku kembali setelah aku harus ikut ceremony wisuda di kampus. Kamu jaga diri baik-baik disini"
" Kenapa mendadak banget La , kamu juga gak kabari aku ? Tanya Alan dengan mata yang berbinar , tak lama air mata nya pun jatuh.
" Aku cuma gak ingin merepotkan kamu Lan, aku juga tau kamu sedang sibuk dengan organisasi kamu saat ini dan berbagai programnya ".
Suara telpon ku berdering , terdengar isak tangis dari sana. Adikku menelpon, namun yang kudengar hanya suara tangisan.
" Kak .... kak ... " Tangis adikku dari telpon.
" Ada apa ?" tanyaku panik
" Mama sudah meninggal kak " Isak tangis adikku semakin kencnag.
Malam itu menjadi malam paling buruk dalam kehidupanku, aku mendapatkan kabar paling buruk dari tanah kelahiranku. Semuanya terasa gelap, rasanya runtuh , kakiku patah aku terduduk lemas dan air mata ku berkali kali jatuh ke bumi. Harapanku rasanya hilang , benar-benar terpuruk. Alan memelukku sambil menepuk punggung ku agar aku bisa lebih tabah.
" Sabar ya La yang kuat".
* * *

Komentar
Posting Komentar